Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Dinsdag 30 April 2013

BAYI CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN




I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Definisi Kehamilan Lewat waktu (PosT Term) adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap. ( ILmu kebidanan: hal 317).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikas.i(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450)
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. ( Varney Helen,2007)
B. Etiologi
Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post matur stress, sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufisiensi plasenta ( ILmu Kebidanan: hal.318)
Namun ada juga yang berpendapat Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
1. Hipoplasia hipofise
2. Anensefalus
3. Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4. Hormon estriol yang rendah
C. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
D. Diagnosa
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
1. Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle
2. Hasil pemeriksaan antenatal berupa:
a) Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
b) Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
c) Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)
3. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang (sudah baku)
4. Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin
5. Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu persaliunan, menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti. USG, Ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.
7. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
b. Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
8. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena dikeruhi mekonium.
9. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
10. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
11. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
12. Pemeriksaan PH darah kepala janin
13. Pemeriksaan sitologi vagina
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
Kita sering kali sukar menetapkan diagnosis kehamilan sirotinus,khususnya di Negara berkembang tetapi dapat di gunakan beberapa criteria berikut:
1. Detag jantung Janin mulai terdengar
a) Fondoskop pada minggu 18
b) Dopller pada minggu 12
2. Quickening terasa mulai minggu 18
a) Fundus uteri setinggi pusat pada minggu 20
Dendang memeriksakan USG perkiraan usui kehamilan akan lebih tepat untuk kehamilan trimester I dan II, sedangkan pada Trimester III sering kurang cepat. Kenyataan ini sering terjadi oleh karena pertumbuhan janin dalam rahim tidak tetap artinya bukan merupakan pertumbuhan linier.
Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau postmatur bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a. Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus bertambah sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr yang di sebut dengan bayi makrosomia’
b. Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
Mungkin dengan berat badsan yang besar atau makrosomia
Kukun panjang
Penulangan baik
Tulang rawan telinga sudah cukup
Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
Mata besar dan terbuka
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga tidak mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi sebaliknya dan di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria berikut:
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit tangan dan kaki
d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka
e. Verniks caseosa telah hilangatau berkuran
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah mengelupas(maserasi), verniks kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.
2. Stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.
3. Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea.
E. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmaturhipoksia ;
1. Hipovolemia
2. Asidosis
3. Sindrom gawat napas
4. Hipoglikemia
5. Hipofungsi adrenal.
Persalinan janin makrosomia pervaginam akan menimbulkan trauma pada bayi dan maternal yang makin tinggi
1. Komplikasi trauma pada janin atau bayi
a. Asfiksia karena terlalu lama terjepit
b. Truma akibat tindakan oprasi yang di lakukan pervaginam dengan bentuk trias komplikasi:
1) Infeksi
2) Asfiksia
3) Trauma langsung dan perdarahan
2. Komplikasi maternal “trias komplikasi”
a. Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:
1) Robekan luas
2) Fistula rekto-vasiko vaginal
3) Ruptura perineum tingkat lanjut
b. Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah terjadi kontaminasi bacterial.
c. Perdarahan:
1) Trauma langsung jalan lahir
2) Atonia uteri
3) Retentio Plasenta
F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
d. Pada kehamilan > 40-42 minggu
Maka ibu dirawat di rumah sakit :
1. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b.     Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
c.      Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
Pertimbangan Persalinan Anjuran (induksi)
Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat :
1. Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung
2. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut :
Keadaan fisik
Nilai
Total Nilai
Pembukaan serviks 0 cmPerlunakan 0-30%
Konsistensi serviks kaku
Arah serviks ke belakang
Kedudukan bagian terendah -3
0
0
Pembukaan 1-2 cmPerlunakan serviks 40-50%
Konsistensi serviks sedang
Arah serviks ke tengah
Kedudukan bagian terendah -2
1
1
Pembukaan 3-4 cmPerlunakan 60-70%
Konsistensi serviks lunak
Kedudukan bagian terendah -1-0
2
2
Pembukaan di atas 5 cmPerlunakan 80% +
3
3
Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:
1. Metode Stein
Persalinan anjuran mulai pagi hari.
a. Pukul 6.00 : 30 cc oleum ricini
b. Pukul 7.00 : bisulfas kinine 0,200 gr
c. Pukul 8.00 : bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter
d. Pukul 9.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
e. Pukul 10.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
f. Pukul 11.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
g. Pukul 12.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
h. Pukul 14.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
i. Pukul 16.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
j. Pukul 18.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan, tetapi untuk pengetahuan bidan masih perlu diketahui. Selama metode stein, kehamilan lewat waktu akan mendapatkan :
a. 1,2 gr bisulfas kinine
b. 1,4 cc pituitrin injeksi
Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya karena dapat terjadi :
a. Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam :
1) Ketuban pecah saat pembukaan kecil
2) Ruptura uteri membakat
3) Gawat janin dalam rahim
b. Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.
c. Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
2. Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5%, banyak dipergunakan.
Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.
3. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
4. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin. Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
5. Pompa Payudara atau Stimulasi Putting
Beberapa studi skala besar telah mengevaluasi keamanan dan keefektifitasaan stimulasi payudara sebagai metede induksi persalinan. Namun,efek komulatif dari banyak studi yang menggunakan pompa payudara atau stimulasi putting manual yang di kombinasi dengan landasan fisiologi perubahab serviks telah meningkatkan tres perekomendasian metode yang relative tidak berbahaya ini untuk menginduksi persalinana. Penanganan yang beragam termasuk pompa payudara listrik otomatis yang mensimulasi masing-masing payu dara selama15 menit, di selingi periode istirahat selama15 menit, stumulasi payu dara dengan pijatan lembut menggunakan kompresan hangat lembab salama 1jam sebanyak 3 kali sehari, stimulasi payudara selama 45 menit tiga kali sehari dan pijatan lembut pada kedua payudara secara bergantian selama waktu 3 jam sehari. Kelemahan penelitian ini meliputi kurangnya kepatuhan dalam melaksanakan intervensi yang di anjurkan,jumlah anggoata sedikat daklam kelompok, control minim terhadap veriabel penting,seperti usia gestasi, dan criteria intervensi yang tidak dapat di andalkan. Wanita yang mencoba teknik ini sebaiknya di peringatkan membatasi kontak dengan putting sehingga tidak terlalu hiperstimulasi uterus.
6. Minyak Jarak
                                                                          
Ingesti minyak jarak 60 mg yang di campur dengan jus apel atau jus jaruk tampaknya dapat menigkatkan anggka kejadian persalinan normal jika di berikan pada kehamilan cukup bulan. Investi ini memiliki beberapa kelemahan namun hanya terdapat sedikit penelitian mengenai topic ini. Waktu yang tepat untuk memberikan minyak jarak dalam menginduksi persalinan adalah setelah tidur malam yang lelap dan 1 hingga 2 jam sebelum wanita hamil bangun setiap hari.. Minyak jarak bekerja dengan manstimulasi saraf fagus sehingga akan menrangsang uterus . Cara kerja ini akan berlanggsung dalam 2 hingga 6 jam.
7. Kateter Folay atau Kateter Balon
Kateter Folay memiliki beberapa manfaat sabagai alat mekanis yang di gunakan untuk meregangkan serviks. Kateter ini mudah di dapatkan relative aman untuk di gunakan, ekonomis, mudah di pasang dan mudah di pasang dan mudah di lepas.
Selain itu pemantauan janin tidak perlu di lakukan saat kateter di gunakan, karena Kateter Ini juga mempunyai kelebihan manfaat bila di kombinasi dengan metode hormone untuk mematangkan serviks. Secara umum biasanya kateter ukuran 16 di masukan melalui saluran serviksa, dan kemudian balon diisi udara sebanyak 20 hingga 50 mililiteruntuk menjaga kateter tetep pada tempatnya. Beberapa uji klinis secara kecil membuktikan teknik ini sangat menjanjikan dan banyak subjek pada uji tersebut memasuki awal persalinan dengan Folay masih terpasang. Efek yang sama terlihat pada penggunaan laminaria dan dilater osmosis sintetik.
8. Aktivitas Seksual, Jamu-jamuan
Banyak bidan secara rutin atau memanipulasi genetalia jika membrane masih utuh , stimulasi payudara dan putting atau metode jamu-jamuan untuk mempercepat persalinan.Meminum jamu-jamuan seperti evening primrose oil, black cohosh tincture dan blue cohosh tincture dapat membantu namun kurangnya penelitian yang member panduan untuk dosis, keamanan dan dan metode ini mengurangkan niat bidan untuk menganjurkanya. Akupuntur dan hemoepati merupakan metode tambahan untuk induksi persalinan.
(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, 1998) dan ( Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol 1 hal:666)
Sikap bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu
Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan :
1.        Anamnesa.
2.      Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
3.      Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.
1.        Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Berat badan ibu mendatar atau menurun
b. Air ketuban terasa berkurang
c. Gerak janin menurun
2. Bagaimana sikap bidan
Menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :
a. Melakukan konsultasi dengan dokter
b. Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit
c. Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.
(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, 1998)
Pengelolaan Intrapartum
1.        Pasien tidur miring sebelah kiri
2.      Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
3.      Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
4.     Perhatikan jalannya persalinan
5.      Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi
(Dikutip dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)
Mencegah Aspirasi Mekoneum
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :
1.        Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir
2.      Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan penghisapan yang cukup.
3.      Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.
(Dikutip dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)
     4. Membersihkan tubuh ibu dan menggantikan pakaian
5. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kala empat berikutnya
6. Masase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit setiap dua jam kala dua
7. Pantau temperature tubuh setiap jam pertama selama dua jam pasca persalinan
8. Nilai perdarahan setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
9. Dekontaminasi alat bekas pakai
10. Melakukan cuci tangan efektif
11. Anjurkan ibu untuk istirahat
12. Melakukan pendokumentasian.
A. KESIMPULAN
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian besar bias diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan dokter.
B. SARAN
1. Sebaiknya persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi dengan dokter
2. Kehamilan postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi terutama pada janin
3. Bidan sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk. 2006. Obstetri William ed.21. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta. Arcan
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Source:www.thieryabdee.wordpress.com


Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking